Senin, 26 April 2021

Makalah Peristiwa Kembalinya Yogyakarta Ke Negara Kesatuan (Sejarah Indonesia)

 

MAKALAH

PERISTIWA KEMBALINYA YOGYAKARTA KE NEGARA KESATUAN

 

 


                                                   

Disusun oleh :

 

Tim R. A Kartini

1. Putri

2. Anti

 

SMK NEGERI 1 BANTAENG




KATA PENGANTAR

 

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang “Peristiwa Kembalinya Yogyakarta ke Negara Kesatuan”.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita kirimkan untuk junjungan nabi besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah petunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan beberapa tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia.  

Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini hingga rampungnya makalah ini. Kami juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembaca.

Tak lupa dengan seluruh kerendahan hati, kami meminta kesediaan pembaca untuk memberikan kritik serta saran yang membangun mengenai penulisan makalah kami ini.

 

Bantaeng, 26 Maret 2019

 

 

 

BAB I

PNDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kemerdekaan Republik Indonesia memang sudah diproklamasikan sejak 17 Agustus 1945. Tapi sejak itu belum juga Belanda angkat kaki dari bumi Nusantara. Baru pada 29 Juni 1949, segenap rakyat Indonesia bisa mengawali kebebasan dari cengkeraman Belanda.

Kota Yogyakarta pernah menjadi Ibu Kota RI selama hampir 2 tahun. Perpindahan Ibu Kota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta dikarenakan keamanan Jakarta sebagai Ibu Kota Republik Indonesia pada saat itu terancam. Belanda bahkan bisa menduduki Jakarta pada 29 September 1945. Kota Yogyakarta resmi menjadi Ibu Kota Republik Indonesia pada tanggal 4 Januari 1946.

Peristiwa Yogya Kembali sangat erat kaitannya dengan berbagai peristiwa dalam mempertahankan kemerdakaan RI. Dimulai dari peristiwa Agresi Militer Belanda Kedua sampai Serangan Umum 1 Maret 1949.

Sebagai pelaksanaan dari perjanjian Roem-Royen, maka pada tanggal 29 Juni 1949, pasukan Belanda ditarik mundur ke luar Yogyakarta dan TNI masuk ke Yogyakarta. Peristiwa keluarnya tentara Belanda dan masuknya TNI ke Yogyakarta dikenal dengan Peristiwa Yogya Kembali. Presiden Sukarno danmWakil Presiden Moh. Hatta ke Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 1949.

                                                      

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:

1.         Apa itu perjanjian Roem Royen?

2.         Apa isi dari perjanjian Roem Royen?

3.         Bagaimana kronologis dari peristiwa Yogyakarta kembali?

4.         Siapa saja kelompok pimpinan yang ditunggu untuk kembali ke Yogyakarta?

 



BAB II

PEMBAHASAN

A.      Perjanjian Roem Royen

Diadakannya perjanjian Roem Royen karena adanya serangan tentara Belanda ke Yogyakarta dan adanya penahanan pemimpin RI, serta mendapatkan kecamanan dari dunia Internasional.

Perjanjian Roem Royen diselenggarakan mulai dari 14 April sampai 7 mei 1948, pihak Indonesia di wakili oleh Moh. Roem beberpa anggota seperti Ali Sastro Amijoyo, Dr. Leimena, Ir. Juanda, Prof. Supomo, dan Latuharhary.

Dengan adanya Agresi Militer Belanda II yang dilancarkan Belanda mendapat kecaman dan reaksi dari Amerika Serikat dan Inggris, serta Dewan PBB. Melihat reaksi mliter Belanda sehingga PBB membuat kewenangan KTN.

Sejak itu KTN berubah menjadi UNCI (United Nations Commission for Indonesia). UNCI sendiri dipimpin oleh Merle Cochran dari Amerika Serikat dan juga dibantu Critchley Australia dan juga Harremans dari Belgia.

Pada tanggal 23 Maret 1949 pihak DK-PBB perintahkan UNCI agar membantu perundingan antara pihak Republik Indonesia dengan Belanda.

P          ada tanggal 17 April 1949 perundingan Roem Royen dimulai dan bertempat di Jakarta. UNCI sebagai penengah dan diketuai oleh Merle Cochran dari Amerika Serikat wakil UNCI.

Perundingan berikutnya Indonesia diperkuat dengan hadirnya Drs Moh Hatta dan juga Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Pada tanggal 7 Mei 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta. Perjanjian Roem Royen mulai ditandatangani dan nama perjanjian ini diambil dari kedua pemimpin delegasi, Mohammad Roem dan Herman van Royen.

Isi Perjanjian Roem Royen di Hotel Des Indes di jakarta, antara lain:

1.      Tentara bersenjata Republik Indonesia harus menghentikan aktivitas gerilya.

2.      Pemerintah Republik Indonesia turut serta dalam Konferensi Meja Bundar (KMB).

3.      Kembalinya pemerintah Republik Indonesia ke Yogyakarta

4.      Tentara bersenjata Belanda harus mengehentikan operasi militer dan pembebasan semua tahanan politik.

5.      Kedaulatan RI diserahkan secara utuh tanpa syarat.

6.      Dengan menyetujui adanya Republik Indonesia yang bagian dari Negara Indonesia Serikat.

7.      Belanda memberikan hak, kekuasaan, dan kewajiban kepada pihak Indonesia.

B.       Kronologis Dari Peristiwa Yogya Kembali.

Peristiwa Yogya Kembali sangat erat kaitannya dengan berbagai peristiwa dalam mempertahankan kemerdakaan RI. Dimulai dari peristiwa Agresi Militer Belanda Kedua sampai Serangan Umum 1 Maret 1949. Berikut kronologis singkat dari peristiwa Yogya Kembali.

1.      Pada tanggal 18 Desember 1948 : Dr. Beel menyatakan tidak terikat lagi dengan perjanjian Renville.

2.      19 Desember 1948 : Belanda melancarkan agresinya yang kedua dengan menggempur ibu kota RI, Yogyakarta. Dalam peristiwa ini, pemimpin RI ditawan oleh Belanda dan Yogyakarta dikuasai oleh Belanda.

3.      19 Desember 1948 : Didirikan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi. PDRI adalah pemerintahan Republik Indonesia periode 22 Desember 1948 - 13 Juli 1949, dipimpin oleh Syafruddin Prawiranegara yang disebut juga dengan Kabinet Darurat.

4.      23 Desember 1948 : PDRI bersedia memerintahkan penghentian tembak menembak dan memasuki meja perundingan.

5.      28 Januari 1949 : Belanda tidak mengindahkan Resolusi DK PBB tentang penghentian tembak menembak karena yakin RI hanya tinggal namanya saja.

6.      1 Maret 1949 :  TNI melakukan serangan besar-besaran terhadap Belanda di Yogyakarta. Peristiwa ini dikenal dengan nama Serangan Umum 1 Maret 1949 yg berlangsung selama 6 jam. Pasukan Belanda dapat ditarik dari Yogyakarta.

7.      7 Mei 1949  : Diadakan Persetujuan Roem-Royen oleh ketua delegasi Indonesia Mr. Moh. Roem dengan ketua delegasi Belanda Dr. Van Royen. Salah satu pernyataan dari Dr. Van Royen dalam persetujuan ini adalah “Belanda menyetujui kembalinya Pemerintah RI ke Yogyakarta.”

8.      29 Juni 1949 : Ditariknya tentara pendudukan Belanda dari ibukota RI Yogyakarta.

9.      6 Juli 1949 : Setelah kota Yogyakarta dikuasai penuh oleh TNI, barulah para pemimpin RI kembali ke Yogyakarta.

10.  10 Juli 1949 : Sedangkan Panglima Besar Jendral Sudirman baru masuk ke Yogyakarta pada tanggal 10 Juli 1949. Peristiwa ini dikenal dengan nama Peristiwa Yogya Kembali.

 

C.      Kelompok Pimpinan yang Ditunggu untuk Kembali ke Yogyakarta

Ada tiga kelompok pimpinan RI yang ditunggu untuk kembali ke Yogyakarta. kelompok pertama adalah Kelompok Bangka. Kedua adalah kelompok PDRI dibawah pimpinan Mr. Syafruddin Prawiranegara. Kelompok ketiga adalah angkatan perang dibawah pimpinan Panglima Besar Jenderal Sudirman.

 

1.      Kelompok Bangka

Kelompok Bangka yang terdiri dari Sukarno, Hatta, dan rombongan kembali ke Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 1949, kecuali Mr. Roem yang harus menyelesaikan urusannya sebagai ketua delegasi di UNCI, masih tetap tinggal di Jakarta.

 

2.      Kelompok PDRI

Rombongan PDRI mendarat di Maguwo pada 10 Juli 1949. Mereka disambut oleh Sultan Hamangkubuwono IX, Moh. Hatta, Mr.Roem, Ki Hajar Dewantara, Mr. Tadjuddin serta pembesar RI lainnya. Pada tanggal itu pula rombongan Panglima Besar Jenderal Sudirman memasuki Desa Wonosari.

3.      Kelompok Angkatan Perang

Rombongan Jenderal Sudirman disambut kedatangannya oleh Sultan Hamengkubuwono IX dibawah pimpinan Letkol Soeharto, Panglima Yogya, dan dua orang wartawan, yaitu Rosihan Anwar dari Pedoman dan Frans Sumardjo dari Ipphos. Saat menerima rombongan penjemput itu Panglima Besar Jenderal Sudirman berada di rumah lurah Wonosari.

 

 

 

 

 

 

 

Jenderal Sudirman dengan ditandu memasuki kota Yogyakarta setelah melakukan perang gerilya.

 

Saat itu beliau sedang mengenakan pakaian gerilya dengan ikat kepala hitam. Pada esok harinya rombongan Pangeran Besar Jenderal Sudirman dibawa kembali ke Yogyakarta. Saat itu beliau sedang menderita sakit dengan ditandu dan diiringi oleh utusan dan pasukan beliau dibawa kembali ke Yogyakarta. Dalam kondisi letih dan sakit beliau mengikuti upacara penyambutan resmi dengan mengenakan baju khasnya yaitu pakaian gerilya.

Upacara penyambutan resmi para pemimpin RI di Ibukota dilaksanakan dengan penuh khidmat pada 10 Juli. Sebagai pimpinan inspektur upacara adalah Syafruddin Prawiranegara, didampingi oleh  Panglima Besar Jenderal Sudirman dan para pimpin RI yang baru saja kembali dari pengasingan Belanda. Pada 15 Juli 1949, untuk pertama kalinya diadakan sidang kabinet pertama yang dipimpin oleh Moh. Hatta.

Pada kesempatan itu Syafruddin Prawiranegara menyampaikan kepada Presiden Sukarno tentang tindakan-tindakan yang dilakukan oleh PDRI selama delapan bulan di Sumatera Barat. Pada kesempatan itu pula Syafruddin Prawiranegara secara resmi menyerahkan kembali mandatnya kepada Presiden RI Sukarno. Dengan demikian maka berakhirlah PDRI yang selama delapan bulan memperjuangkan dan mempertahankan eksistensi RI.

 

 

 BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Disetujuinya Perjanjian Roem Royen pada tanggal 29 Juni 1949, pasukan Belanda ditarik mundur ke luar Yogyakarta. Setelah itu TNI masuk ke Yogyakarta. Peristiwa keluarnya tentara Belanda dan masuknya TNI ke Yogyakarta dikenal dengan Peristiwa Yogya Kembali. Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta ke Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 1949..

Peristiwa Yogya Kembali menekankan nilai kewarganegaraan, yakni memandang bahwa setiap orang memiliki hak dan kewajiban tertentu sebagai seorang warga negara. Keberhasilan perjuangan tersebut tidak lain karena terjalinnya kekompakan antara tentara angkatan bersenjata dan rakyat yang mempunyai semangat pantang menyerah, ulet, gigih, rela berkorban.

Peristiwa ini merupakan wujud nyata adanya persatuan dan kesatuan. Maka semangat dan jiwa dari nilai-nilai keteladanan tersebut patut untuk kita warisi dan diteladani, hingga saat ini guna mengisi alam kemerdekaan didalam tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar