MAKALAH
PERISTIWA KEMBALINYA YOGYAKARTA KE
NEGARA KESATUAN
Disusun
oleh :
Tim R. A
Kartini
1. Putri
2. Anti
SMK NEGERI
1 BANTAENG
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang “Peristiwa Kembalinya Yogyakarta ke Negara Kesatuan”.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita kirimkan untuk junjungan nabi besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah petunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Adapun penulisan makalah ini
merupakan bentuk dari pemenuhan beberapa tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia.
Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini hingga rampungnya makalah ini. Kami juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembaca.
Tak lupa dengan seluruh
kerendahan hati, kami meminta kesediaan pembaca untuk memberikan kritik serta
saran yang membangun mengenai penulisan makalah kami ini.
Bantaeng, 26 Maret 2019
BAB
I
PNDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kemerdekaan Republik Indonesia memang
sudah diproklamasikan sejak 17 Agustus 1945. Tapi sejak itu belum juga Belanda
angkat kaki dari bumi Nusantara. Baru pada 29 Juni 1949, segenap rakyat
Indonesia bisa mengawali kebebasan dari cengkeraman Belanda.
Kota Yogyakarta pernah menjadi Ibu Kota
RI selama hampir 2 tahun. Perpindahan Ibu Kota Republik Indonesia dari Jakarta
ke Yogyakarta dikarenakan keamanan Jakarta sebagai Ibu Kota Republik Indonesia
pada saat itu terancam. Belanda bahkan bisa menduduki Jakarta pada 29 September
1945. Kota Yogyakarta resmi menjadi Ibu Kota Republik Indonesia pada tanggal 4
Januari 1946.
Peristiwa Yogya Kembali sangat erat kaitannya dengan berbagai
peristiwa dalam mempertahankan kemerdakaan RI. Dimulai dari peristiwa Agresi
Militer Belanda Kedua sampai Serangan Umum 1 Maret 1949.
Sebagai pelaksanaan
dari perjanjian Roem-Royen, maka pada tanggal 29 Juni 1949, pasukan Belanda
ditarik mundur ke luar Yogyakarta dan TNI masuk ke Yogyakarta. Peristiwa
keluarnya tentara Belanda dan masuknya TNI ke Yogyakarta dikenal dengan
Peristiwa Yogya Kembali. Presiden Sukarno danmWakil Presiden Moh. Hatta ke
Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 1949.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:
1.
Apa itu perjanjian Roem Royen?
2.
Apa isi dari perjanjian Roem Royen?
3.
Bagaimana kronologis dari peristiwa
Yogyakarta kembali?
4.
Siapa
saja kelompok pimpinan yang ditunggu untuk kembali ke Yogyakarta?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perjanjian Roem Royen
Diadakannya perjanjian Roem Royen karena adanya serangan tentara Belanda ke Yogyakarta dan adanya penahanan pemimpin RI, serta mendapatkan kecamanan dari dunia Internasional.
Perjanjian Roem Royen diselenggarakan mulai dari 14 April sampai 7 mei 1948, pihak Indonesia di wakili oleh Moh. Roem beberpa anggota seperti Ali Sastro Amijoyo, Dr. Leimena, Ir. Juanda, Prof. Supomo, dan Latuharhary.
Dengan adanya Agresi Militer Belanda II yang dilancarkan Belanda mendapat kecaman dan reaksi dari Amerika Serikat dan Inggris, serta Dewan PBB. Melihat reaksi mliter Belanda sehingga PBB membuat kewenangan KTN.
Sejak itu KTN berubah menjadi UNCI (United Nations Commission for Indonesia). UNCI sendiri dipimpin oleh Merle Cochran dari Amerika Serikat dan juga dibantu Critchley Australia dan juga Harremans dari Belgia.
Pada tanggal 23 Maret 1949 pihak DK-PBB perintahkan UNCI agar membantu perundingan antara pihak Republik Indonesia dengan Belanda.
P ada tanggal 17 April 1949 perundingan Roem Royen dimulai dan bertempat di Jakarta. UNCI sebagai penengah dan diketuai oleh Merle Cochran dari Amerika Serikat wakil UNCI.
Perundingan berikutnya Indonesia diperkuat dengan hadirnya Drs Moh Hatta dan juga Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Pada tanggal 7 Mei 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta. Perjanjian Roem Royen mulai ditandatangani dan nama perjanjian ini diambil dari kedua pemimpin delegasi, Mohammad Roem dan Herman van Royen.
Isi Perjanjian Roem Royen di Hotel
Des Indes di jakarta, antara lain:
1.
Tentara
bersenjata Republik Indonesia harus menghentikan aktivitas gerilya.
2.
Pemerintah
Republik Indonesia turut serta dalam Konferensi Meja Bundar (KMB).
3.
Kembalinya
pemerintah Republik Indonesia ke Yogyakarta
4.
Tentara
bersenjata Belanda harus mengehentikan operasi militer dan pembebasan semua
tahanan politik.
5.
Kedaulatan
RI diserahkan secara utuh tanpa syarat.
6.
Dengan
menyetujui adanya Republik Indonesia yang bagian dari Negara Indonesia Serikat.
7.
Belanda
memberikan hak, kekuasaan, dan kewajiban kepada pihak Indonesia.
B.
Kronologis Dari Peristiwa Yogya
Kembali.
Peristiwa Yogya Kembali sangat erat
kaitannya dengan berbagai peristiwa dalam mempertahankan kemerdakaan RI.
Dimulai dari peristiwa Agresi Militer Belanda Kedua sampai Serangan Umum 1
Maret 1949. Berikut kronologis singkat dari peristiwa Yogya Kembali.
1. Pada tanggal 18 Desember 1948 : Dr.
Beel menyatakan tidak terikat lagi dengan perjanjian Renville.
2. 19 Desember 1948 : Belanda
melancarkan agresinya yang kedua dengan menggempur ibu kota RI, Yogyakarta.
Dalam peristiwa ini, pemimpin RI ditawan oleh Belanda dan Yogyakarta dikuasai
oleh Belanda.
3. 19 Desember 1948 : Didirikan
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi. PDRI adalah
pemerintahan Republik Indonesia periode 22 Desember 1948 - 13 Juli 1949,
dipimpin oleh Syafruddin Prawiranegara yang disebut juga dengan Kabinet
Darurat.
4. 23 Desember 1948 : PDRI bersedia
memerintahkan penghentian tembak menembak dan memasuki meja perundingan.
5. 28 Januari 1949 : Belanda tidak
mengindahkan Resolusi DK PBB tentang penghentian tembak menembak karena yakin
RI hanya tinggal namanya saja.
6. 1 Maret 1949 : TNI melakukan
serangan besar-besaran terhadap Belanda di Yogyakarta. Peristiwa ini dikenal
dengan nama Serangan Umum 1 Maret 1949 yg berlangsung selama 6 jam. Pasukan
Belanda dapat ditarik dari Yogyakarta.
7. 7 Mei 1949 : Diadakan
Persetujuan Roem-Royen oleh ketua delegasi Indonesia Mr. Moh. Roem dengan ketua
delegasi Belanda Dr. Van Royen. Salah satu pernyataan dari Dr. Van Royen dalam
persetujuan ini adalah “Belanda menyetujui kembalinya Pemerintah RI ke
Yogyakarta.”
8. 29 Juni 1949 : Ditariknya tentara
pendudukan Belanda dari ibukota RI Yogyakarta.
9. 6 Juli 1949 : Setelah kota
Yogyakarta dikuasai penuh oleh TNI, barulah para pemimpin RI kembali ke
Yogyakarta.
10. 10 Juli 1949 : Sedangkan Panglima
Besar Jendral Sudirman baru masuk ke Yogyakarta pada tanggal 10 Juli 1949.
Peristiwa ini dikenal dengan nama Peristiwa Yogya Kembali.
C.
Kelompok Pimpinan yang Ditunggu
untuk Kembali ke Yogyakarta
Ada tiga kelompok pimpinan RI yang
ditunggu untuk kembali ke Yogyakarta. kelompok pertama adalah Kelompok Bangka.
Kedua adalah kelompok PDRI dibawah pimpinan Mr. Syafruddin Prawiranegara.
Kelompok ketiga adalah angkatan perang dibawah pimpinan Panglima Besar Jenderal
Sudirman.
1. Kelompok
Bangka
Kelompok
Bangka yang terdiri dari Sukarno, Hatta, dan rombongan kembali ke Yogyakarta
pada tanggal 6 Juli 1949, kecuali Mr. Roem yang harus menyelesaikan urusannya
sebagai ketua delegasi di UNCI, masih tetap tinggal di Jakarta.
2. Kelompok
PDRI
Rombongan PDRI mendarat di Maguwo pada 10 Juli 1949. Mereka
disambut oleh Sultan Hamangkubuwono IX, Moh. Hatta, Mr.Roem, Ki Hajar
Dewantara, Mr. Tadjuddin serta pembesar RI lainnya. Pada tanggal itu pula
rombongan Panglima Besar Jenderal Sudirman memasuki Desa Wonosari.
3.
Kelompok Angkatan Perang
Jenderal Sudirman
dengan ditandu memasuki kota Yogyakarta setelah melakukan perang gerilya.
Saat itu beliau sedang mengenakan pakaian
gerilya dengan ikat kepala hitam. Pada esok harinya rombongan Pangeran Besar
Jenderal Sudirman dibawa kembali ke Yogyakarta. Saat itu beliau sedang
menderita sakit dengan ditandu dan diiringi oleh utusan dan pasukan beliau dibawa
kembali ke Yogyakarta. Dalam kondisi letih dan sakit beliau mengikuti upacara
penyambutan resmi dengan mengenakan baju khasnya yaitu pakaian gerilya.
Upacara penyambutan resmi para pemimpin RI
di Ibukota dilaksanakan dengan penuh khidmat pada 10 Juli. Sebagai pimpinan
inspektur upacara adalah Syafruddin Prawiranegara, didampingi oleh
Panglima Besar Jenderal Sudirman dan para pimpin RI yang baru saja
kembali dari pengasingan Belanda. Pada 15 Juli 1949, untuk pertama kalinya
diadakan sidang kabinet pertama yang dipimpin oleh Moh. Hatta.
Pada kesempatan itu Syafruddin
Prawiranegara menyampaikan kepada Presiden Sukarno tentang tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh PDRI selama delapan bulan di Sumatera Barat. Pada
kesempatan itu pula Syafruddin Prawiranegara secara resmi menyerahkan kembali
mandatnya kepada Presiden RI Sukarno. Dengan demikian maka berakhirlah PDRI
yang selama delapan bulan memperjuangkan dan mempertahankan eksistensi RI.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Disetujuinya
Perjanjian Roem Royen pada tanggal 29 Juni 1949, pasukan Belanda ditarik mundur
ke luar Yogyakarta. Setelah itu TNI masuk ke Yogyakarta. Peristiwa keluarnya
tentara Belanda dan masuknya TNI ke Yogyakarta dikenal dengan Peristiwa Yogya Kembali.
Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta ke Yogyakarta pada tanggal 6
Juli 1949..
Peristiwa Yogya Kembali menekankan nilai kewarganegaraan, yakni memandang bahwa setiap orang memiliki hak dan kewajiban tertentu sebagai seorang warga negara. Keberhasilan perjuangan tersebut tidak lain karena terjalinnya kekompakan antara tentara angkatan bersenjata dan rakyat yang mempunyai semangat pantang menyerah, ulet, gigih, rela berkorban.
Peristiwa ini merupakan wujud nyata adanya persatuan dan kesatuan. Maka semangat dan jiwa dari nilai-nilai keteladanan tersebut patut untuk kita warisi dan diteladani, hingga saat ini guna mengisi alam kemerdekaan didalam tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.